Senin, 07 Oktober 2013

Orang-Orang Aneh

Aku akan dimakan oleh 5 orang wanita aneh. Mereka menerkam dan mencabik-cabik tubuhku secara bergantian. Membawaku ketengah hutan, lalu dibawanya aku kepinggir danau. Ditenggelamkannya aku ke danau tersebut sembari terdengar sayup-sayup suara  wanita-wanita aneh itu meracau.

“woi, bangun woy, kebo banget sih lo, Das”
“Das, lo mati????”
“Das, dikelitikin lo ga bangun, di tampol lo makin ngorok, kaos kaki gw bahkan ga sanggup bangunin lo daaas”
“Daaaasssss, plis bangun daaaaasss”
“yaelah, udah kelamaan jomblo sekalinya dapet lo malah masih tidur”
“Das, lo boleh telat bangun dalam 365 hari selama 25 tahun hidup lo, tapi plis untuk hari ini aja lo ga boleh telat Das”

Semakin mereka meracau, semakin tenggelamlah aku ke danau itu hingga kedasar. Seketika aku merasa ada triliyunan air tumpah kewajah dan membuatku tersedak. Oh dan ternyata, aku hanya bermimpi.

“Das, akhirnya mata lo melek juga das”
“Ngapain lo –lo pada kesini bangunin gw tidur?”
“DASSSSS, LO NIKAH HARI INI”
“Jam berapa sekarang?”
“jam 9 kurang 20 menit das”

Namaku Dasa. 20 menit lagi aku akan menikah dan seharusnya aku sudah berada di sebuah masjid diujung kota. Namun kini, aku masih tergeletak di tempat tidurku, berhiaskan gaun pengantin yang dipakaikan paksa oleh teman-teman anehku. Keluargaku sudah menyerah membangunkan aku dan sudah pergi ke masjid diujung kota, mewanti-wanti kalau keluarga yang akan menjadikanku besan menunggu terlalu lama dan pergi begitu saja.
“Das, cepet naik mobil, lo gw dandanin di mobil aja. Jangan harap lo didandanin sama perias yang udah lo sewa mahil ituh, daaaan jangan protes” 

Tanpa mengiyakan, aku langsung bergegas menuju mobil, tidak peduli dengan penampilanku, tidak peduli seberapa berantakannya aku saat ini. Aku tidak peduli. Aku tidak boleh telat. Bodohnya aku, bodohnya aku telat di hari yang paling istimewa didalam hidupku.  Bodohnya Dasa.

“Das, gimana nih, macet banget das, 1 jam lagi baru nyampe nih kayaknya”
“gw musti jadi istri orang dalam waktu 15 menit lagi, gak mau tau caranya bagaimana”
Melihat jalanan kota yang seperti ini, tidak akan bisa aku capai masjid di ujung kota dengan cepat. Otakku berpikir keras. Tidak ingin melakukan kesalahan yang sama lagi. Setidaknya aku ingin memperbaiki kebodohan  ini.
“Rin, sini gw pinjem make-upnya, gw turun ya, lo nyusul gw aja”
“Gila lo, mau kemana lo Das?”
“Lo yang gila, gw mau nikah lah, gimana sik”

Dengan high heels setinggi 5 cm dan gaun pengantin berwarna putih ini,  aku bergegas turun dari mobil ditengah macetnya kota. Berlari menuju satu tempat. Jangan berpikir aku akan ke masjid dengan berlari, karena aku tak mungkin sanggup. Satu tempat yang aku yakin orang-orang disana bisa membawaku 15 menit ke masjid adalah Pangkalan Ojek Bang Togar. Yaps, aku akan menghadiri hari istimewaku ini dengan Ojek.

 Dengan gaun putih menjuntai, aku berlari menuju pangkalan Ojek, sambil berteriak-teriak memanggil Bang Togar.
“Bang Togar, Baaaaang, Dasa telat bang ke nikahan bang, anterin Dasa bang 15 menit ya musti nyampe Masjid”
“Yaampun Neng Dasa, kapan sih eneng  gak pernah telat? Bawaan orok ya, tenang aja neng, apa sih yang engga buat neng Dasa langganan abang Togar dari Neng masih kecil”
“Pokoknya Bang Togar, kecepatan Turbo, Cus Bang!!!!”

Di motor Bang Togar pula, di hari pertama ujian masuk SPMB, aku panik karena telat bangun pagi. Begitu pula saat sidang skripsi, Bang Yono yang mengantarku dengan kecepatan turbo. Mereka selalu menyelamatkanku disaat-saat genting dan anehnya aku selalu telat di momen-momen penting, mungkin karena grogi.  

“Bang Togar punya kaca? Dasa mau dandan bang”
“yaelah neng, mana punya abang kaca. Eh bentar neng Dasa, kalo kaca spion oke gak neng?”
“Yaampun Bang, dari dulu kaca spion ya juga kaca, buat ngaca, sini bang cabut bang, Dasa Pinjem”

Akhirnya, Kaca spion disisipkan di leher Jaket Bang Togar, sehingga aku bisa dengan mudah berdandan. Lipstik di bibir dan bedak di pipi kurasa sudah cukup, daripada tidak sama sekali.

Entah kenapa momen-momen pentingku selalu terjadi ketika aku sedang berada di atas ojek. Dari pemberitahuan diterimanya kerja, beasiswa, Masuk Universitas, dan lain-lain selalu terjadi ketika aku berada di ojek. Bahkan prosesi untuk memutuskan berkompromi seumur hidup dengan manusia aneh yang bernama windu, juga terjadi ketika aku sedang berada di atas ojek. Saat itu, aku dan manusia aneh yang bernama windu akan pergi ke pernikahan temanku di ujung kota. Seketika mobil orang aneh bernama windu tiba-tiba mogok. Jadilah kami memutuskan untuk naik ojek. Saat itu, ditengah perjalanan, manusia aneh bernama windu berteriak dari ojeknya bahwa ia memutuskan bahwa hanya Dasa yang akan dia jadikan teman berkompromi seumur hidupnya. Aku kira saat itu dia bercanda. Aku tidak mengindahkan.

Ketika sampai di Gedung tempat pernikahan temanku, aku baru sadar ternyata dompetku tertinggal di mobil manusia aneh bernama Windu. Aku merasa aman, karena manusia aneh bernama windu pasti akan meminjamkan duitnya untuk membayar ongkos ojek. Namun ternyata, ia memberikan syarat bahwa ia akan meminjamkan duit jika aku menerima tawaran komprominya. Aku tertawa, karena kupikir ia bercanda. Namun ternyata ia sungguh serius. Malangnya aku, tukang ojek yang kutumpangi bukan langgananku. Hampir saja ia mengamuk sebelum akhirnya aku keceplosan bicara pada manusia aneh bernama windu kalau aku menerima tawaran komprominya. Disaat itu aku berpikir, mobil manusia aneh bernama windu mungkin tidak benar-benar mogok.

Bukannya aku tidak senang, sebaliknya aku senang sekali hingga tak tahu lagi beda antara langit dan Bumi. Karena ia Manusia aneh bernama Windu. Karena ia yang aku cinta, Si manusia aneh bernama Windu.

Saking senangnya aku saat itu, aku mentraktir manusia aneh bernama Windu Gorengan Bang Uyo di pinggir kota sebagai tanda jadi bahwa aku menerima tawaran komprominya, lalu kita rayakan berdua dengan bersulang Teh Kotak yang kita beli bersama-sama. Ah, senang sekali rasanya aku hari itu.

***

Brug, “AWW”, tiba-tiba Bang Togar mengerem mendadak dan terdengar suara jerit wanita. Rupanya Bang Togar hampir menabrak seorang tante-tante yang rambutnya disasak tinggi. Tidak ada korban di kejadian ini. Bang Togar belum sempat menabrak tante-tante tersebut. Namun sayangnya sang Tante tidak terima dan marah besar kepada Bang Togar karena Sasak Sang tante rusak. 

“Saya gak mau tau ya Bang, jhdaskrfyabkehrbklqehrfejkhf” Suara marah Sang tante
“Sus, nyentuh Sus aja saya engga, masa saya harus bertanggung jawab gara-gara sasak Sus rusak!!” teriak Bang Togar marah.
“Tapi situ bikin saya panik, jadinya gak sengaja kejambak. Situ harus tanggung jawab” Balas sang tante.

Perseteruan Bang Togar dan Sang Tante terus berlanjut tak karuan, dan tidak terlihat ada tanda-tanda akan berdamai. Aku mulai kesal, panik, dan melemparkan high heels ku kearah tante berambut sasak. Untungnya aku tidak jago dalam hal lempar-melempar, sehingga meleset dari target. Namun sayangnya, tingkat kekesalan sebanding dengan tingkat kekuatan yang dihasilkan. Jadilah high heels ku melambung jauh entah kemana.

“Bang, gimana Dasa Bang!!!”
“Aduh iya nih Das, Abang gak bisa lepas dari si tante bawel ini, Dasa abang transfer aja ya ke ojek temen Abang”
“Dasa gak mau tau Bang, yang penting Dasa sampai masjid”

3 menit berlalu dengan percuma untuk perseteruan sasak dan menunggu ojek transferan datang. Aku makin kesal. Kesal karena tahu manusia aneh bernama Windu pasti sedang tertawa dan merasa diatas angin.

***

 Akhirnya datanglah Bang Aat, sang ojek transferan, temen SD Bang Togar yang juga berprofesi sebagai Tukang Ojek.

“Neng, mau syuting dimana?” tanya Bang Aat setengah kaget melihat aku berpakaian pengantin.
“Mau syuting FTV bang dimasjid”
“Lah Neng artis? Artis dimana? Kok abang gak pernah liat ditipi? Artis pasti kaya ya neng? Neng pernah ketemu Cok Simbara gak neng? Pasti ganteng ya neng? Neng saya pernah loh ketemu Anjasmara, ganteng banget neng. Neng rumahnya dimana? Neng gajinya berapa?” tanya Bang Aat bawel yang tidak berhenti-henti.  Aku makin kesal, dan teriak ke Bang Aat sembari menodongkan tusuk Konde ke leher aku sendiri.
“Bang, bisa diem gak bang, cepetan jalannya, kalau engga saya tusuk nih leher saya pake tusuk konde”

Seketika Bang Aat diam dan bergumam “hih, ternyata orang gila, bukan artis.”

***

100 meter lagi aku akan sampai dan waktu yang tersisa adalah 1 menit lagi. Motor supra Bang Aat berhenti tepat di depan masjid. Dari kejauhan aku sudah teriak-teriak memanggil semua orang yang bisa kupanggil untuk menyiapkan ongkos ojek untuk Bang Aat.

Seketika motor supra Bang Aat berhenti, seketika itu pula aku loncat dan berlari sekencang aku bisa berlari. Tanpa alas kaki. Dari kejauhan aku melihat tawa manusia aneh bernama Windu. Tawa menertawakanku. Kulihat keluargaku melipir kearah lain, berpura-pura tidak melihat aku sembari menahan malu.

“Aku yang menang taruhan ya manusia aneh bernama Dasa” teriak windu dari kejauhan. “Bulan Madu sudah ditentukan sesuai pilihanku ya! kita pergi ke laut. Kamu telat 52 detik. Kamu kalah” lanjutnya.

Dalam hati aku menyesal, kenapa harus mengadakan taruhan untuk destinasi bulan madu disaat pertengakaran kala itu. Padahal aku bisa merajuk saja meminta ke daerah pengunungan untuk bulan madu. 

“Hai manusia aneh bernama Windu, kamu tidak keberatan kalau pengantinmu tidak bermake-up, aut-autan dan tidak beralas kaki?” Bisikku kepada Windu.
“Hai Manusia aneh bernama Dasa, kamu tidak telat datang ke hidupku saja itu sudah lebih dari cukup” Jawabnya.
“Gombal” sautku
“Hah, kurasa aku mempunyai firasat kalau nanti anak pertama kita akan dilahirkan dirumah sakit dengan perantara tukang ojek” bisiknya sambil tersenyum. Senyum licik yang mebuat aku jatuh padanya. 


Gw buat ini karena inget Lina dan Aldoy. Pasangan bocah dan Anak mesin yang berhati Hello Kitty. Kalian pasangan yang bisa haha hihi ngakak sengakak ngakaknya dan masih tetap mencinta #eaaaa. Kalau gw mah pasti udah jadi friendzone, mati rasa hahaha.

Gw suka banget Dasa dan Windu. Nanti di volume II gw akan mencoba menulis mereka lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar