Aku akan dimakan oleh 5 orang wanita aneh. Mereka menerkam
dan mencabik-cabik tubuhku secara bergantian. Membawaku ketengah hutan, lalu
dibawanya aku kepinggir danau. Ditenggelamkannya aku ke danau tersebut sembari
terdengar sayup-sayup suara wanita-wanita aneh itu meracau.
“woi, bangun woy, kebo
banget sih lo, Das”
“Das, lo mati????”
“Das, dikelitikin lo
ga bangun, di tampol lo makin ngorok, kaos kaki gw bahkan ga sanggup bangunin
lo daaas”
“Daaaasssss, plis
bangun daaaaasss”
“yaelah, udah kelamaan
jomblo sekalinya dapet lo malah masih tidur”
“Das, lo boleh telat
bangun dalam 365 hari selama 25 tahun hidup lo, tapi plis untuk hari ini aja lo
ga boleh telat Das”
Semakin mereka meracau, semakin tenggelamlah aku ke danau itu
hingga kedasar. Seketika aku merasa ada triliyunan air tumpah kewajah dan
membuatku tersedak. Oh dan ternyata, aku hanya bermimpi.
“Das, akhirnya mata lo
melek juga das”
“Ngapain lo –lo pada
kesini bangunin gw tidur?”
“DASSSSS, LO NIKAH
HARI INI”
“Jam berapa sekarang?”
“jam 9 kurang 20 menit das”
Namaku Dasa. 20 menit lagi aku akan menikah dan seharusnya aku
sudah berada di sebuah masjid diujung kota. Namun kini, aku masih tergeletak di
tempat tidurku, berhiaskan gaun pengantin yang dipakaikan paksa oleh
teman-teman anehku. Keluargaku sudah menyerah membangunkan aku dan sudah pergi
ke masjid diujung kota, mewanti-wanti kalau keluarga yang akan menjadikanku
besan menunggu terlalu lama dan pergi begitu saja.
“Das, cepet naik mobil, lo gw dandanin di mobil aja. Jangan
harap lo didandanin sama perias yang udah lo sewa mahil ituh, daaaan jangan
protes”
Tanpa mengiyakan, aku langsung bergegas menuju mobil, tidak
peduli dengan penampilanku, tidak peduli seberapa berantakannya aku saat ini.
Aku tidak peduli. Aku tidak boleh telat. Bodohnya aku, bodohnya aku telat di
hari yang paling istimewa didalam hidupku.
Bodohnya Dasa.
“Das, gimana nih,
macet banget das, 1 jam lagi baru nyampe nih kayaknya”
“gw musti jadi istri orang dalam waktu 15 menit lagi, gak mau
tau caranya bagaimana”
Melihat jalanan kota yang seperti ini, tidak akan bisa aku
capai masjid di ujung kota dengan cepat. Otakku berpikir keras. Tidak ingin
melakukan kesalahan yang sama lagi. Setidaknya aku ingin memperbaiki kebodohan ini.
“Rin, sini gw pinjem
make-upnya, gw turun ya, lo nyusul gw aja”
“Gila lo, mau kemana
lo Das?”
“Lo yang gila, gw mau
nikah lah, gimana sik”
Dengan high heels
setinggi 5 cm dan gaun pengantin berwarna putih ini, aku bergegas turun dari mobil ditengah
macetnya kota. Berlari menuju satu tempat. Jangan berpikir aku akan ke masjid
dengan berlari, karena aku tak mungkin sanggup. Satu tempat yang aku yakin
orang-orang disana bisa membawaku 15 menit ke masjid adalah Pangkalan Ojek Bang
Togar. Yaps, aku akan menghadiri hari istimewaku ini dengan Ojek.
Dengan gaun putih
menjuntai, aku berlari menuju pangkalan Ojek, sambil berteriak-teriak memanggil
Bang Togar.
“Bang Togar, Baaaaang,
Dasa telat bang ke nikahan bang, anterin Dasa bang 15 menit ya musti nyampe
Masjid”
“Yaampun Neng Dasa,
kapan sih eneng gak pernah telat? Bawaan
orok ya, tenang aja neng, apa sih yang engga buat neng Dasa langganan abang
Togar dari Neng masih kecil”
“Pokoknya Bang Togar,
kecepatan Turbo, Cus Bang!!!!”
Di motor Bang Togar
pula, di hari pertama ujian masuk SPMB, aku panik karena telat bangun pagi.
Begitu pula saat sidang skripsi, Bang Yono yang mengantarku dengan kecepatan
turbo. Mereka selalu menyelamatkanku disaat-saat genting dan anehnya aku selalu
telat di momen-momen penting, mungkin karena grogi.
“Bang Togar punya
kaca? Dasa mau dandan bang”
“yaelah neng, mana
punya abang kaca. Eh bentar neng Dasa, kalo kaca spion oke gak neng?”
“Yaampun Bang, dari
dulu kaca spion ya juga kaca, buat ngaca, sini bang cabut bang, Dasa Pinjem”
Akhirnya, Kaca spion
disisipkan di leher Jaket Bang Togar, sehingga aku bisa dengan mudah berdandan.
Lipstik di bibir dan bedak di pipi kurasa sudah cukup, daripada tidak sama
sekali.
Entah kenapa
momen-momen pentingku selalu terjadi ketika aku sedang berada di atas ojek.
Dari pemberitahuan diterimanya kerja, beasiswa, Masuk Universitas, dan
lain-lain selalu terjadi ketika aku berada di ojek. Bahkan prosesi untuk
memutuskan berkompromi seumur hidup dengan manusia aneh yang bernama windu,
juga terjadi ketika aku sedang berada di atas ojek. Saat itu, aku dan manusia
aneh yang bernama windu akan pergi ke pernikahan temanku di ujung kota.
Seketika mobil orang aneh bernama windu tiba-tiba mogok. Jadilah kami
memutuskan untuk naik ojek. Saat itu, ditengah perjalanan, manusia aneh bernama
windu berteriak dari ojeknya bahwa ia memutuskan bahwa hanya Dasa yang akan dia
jadikan teman berkompromi seumur hidupnya. Aku kira saat itu dia bercanda. Aku
tidak mengindahkan.
Ketika sampai di
Gedung tempat pernikahan temanku, aku baru sadar ternyata dompetku tertinggal
di mobil manusia aneh bernama Windu. Aku merasa aman, karena manusia aneh
bernama windu pasti akan meminjamkan duitnya untuk membayar ongkos ojek. Namun
ternyata, ia memberikan syarat bahwa ia akan meminjamkan duit jika aku menerima
tawaran komprominya. Aku tertawa, karena kupikir ia bercanda. Namun ternyata ia
sungguh serius. Malangnya aku, tukang ojek yang kutumpangi bukan langgananku.
Hampir saja ia mengamuk sebelum akhirnya aku keceplosan bicara pada manusia
aneh bernama windu kalau aku menerima tawaran komprominya. Disaat itu aku
berpikir, mobil manusia aneh bernama windu mungkin tidak benar-benar mogok.
Bukannya aku tidak
senang, sebaliknya aku senang sekali hingga tak tahu lagi beda antara langit
dan Bumi. Karena ia Manusia aneh bernama Windu. Karena ia yang aku cinta, Si
manusia aneh bernama Windu.
Saking senangnya aku
saat itu, aku mentraktir manusia aneh bernama Windu Gorengan Bang Uyo di
pinggir kota sebagai tanda jadi bahwa aku menerima tawaran komprominya, lalu
kita rayakan berdua dengan bersulang Teh Kotak yang kita beli bersama-sama. Ah,
senang sekali rasanya aku hari itu.
***
Brug, “AWW”, tiba-tiba
Bang Togar mengerem mendadak dan terdengar suara jerit wanita. Rupanya Bang
Togar hampir menabrak seorang tante-tante yang rambutnya disasak tinggi. Tidak
ada korban di kejadian ini. Bang Togar belum sempat menabrak tante-tante
tersebut. Namun sayangnya sang Tante tidak terima dan marah besar kepada Bang
Togar karena Sasak Sang tante rusak.
“Saya gak mau tau ya
Bang, jhdaskrfyabkehrbklqehrfejkhf” Suara marah Sang tante
“Sus, nyentuh Sus aja
saya engga, masa saya harus bertanggung jawab gara-gara sasak Sus rusak!!”
teriak Bang Togar marah.
“Tapi situ bikin saya
panik, jadinya gak sengaja kejambak. Situ harus tanggung jawab” Balas sang
tante.
Perseteruan Bang Togar
dan Sang Tante terus berlanjut tak karuan, dan tidak terlihat ada tanda-tanda akan
berdamai. Aku mulai kesal, panik, dan melemparkan high heels ku kearah tante
berambut sasak. Untungnya aku tidak jago dalam hal lempar-melempar, sehingga
meleset dari target. Namun sayangnya, tingkat kekesalan sebanding dengan
tingkat kekuatan yang dihasilkan. Jadilah high heels ku melambung jauh entah
kemana.
“Bang, gimana Dasa
Bang!!!”
“Aduh iya nih Das,
Abang gak bisa lepas dari si tante bawel ini, Dasa abang transfer aja ya ke
ojek temen Abang”
“Dasa gak mau tau
Bang, yang penting Dasa sampai masjid”
3 menit berlalu dengan
percuma untuk perseteruan sasak dan menunggu ojek transferan datang. Aku makin
kesal. Kesal karena tahu manusia aneh bernama Windu pasti sedang tertawa dan
merasa diatas angin.
***
Akhirnya datanglah Bang Aat, sang ojek
transferan, temen SD Bang Togar yang juga berprofesi sebagai Tukang Ojek.
“Neng, mau syuting
dimana?” tanya Bang Aat setengah kaget melihat aku berpakaian pengantin.
“Mau syuting FTV bang
dimasjid”
“Lah Neng artis? Artis
dimana? Kok abang gak pernah liat ditipi? Artis pasti kaya ya neng? Neng pernah
ketemu Cok Simbara gak neng? Pasti ganteng ya neng? Neng saya pernah loh ketemu
Anjasmara, ganteng banget neng. Neng rumahnya dimana? Neng gajinya berapa?”
tanya Bang Aat bawel yang tidak berhenti-henti.
Aku makin kesal, dan teriak ke Bang Aat sembari menodongkan tusuk Konde
ke leher aku sendiri.
“Bang, bisa diem gak
bang, cepetan jalannya, kalau engga saya tusuk nih leher saya pake tusuk konde”
Seketika Bang Aat diam
dan bergumam “hih, ternyata orang gila, bukan artis.”
***
100 meter lagi aku akan
sampai dan waktu yang tersisa adalah 1 menit lagi. Motor supra Bang Aat
berhenti tepat di depan masjid. Dari kejauhan aku sudah teriak-teriak memanggil
semua orang yang bisa kupanggil untuk menyiapkan ongkos ojek untuk Bang Aat.
Seketika motor supra
Bang Aat berhenti, seketika itu pula aku loncat dan berlari sekencang aku bisa
berlari. Tanpa alas kaki. Dari kejauhan aku melihat tawa manusia aneh bernama
Windu. Tawa menertawakanku. Kulihat keluargaku melipir kearah lain,
berpura-pura tidak melihat aku sembari menahan malu.
“Aku yang menang
taruhan ya manusia aneh bernama Dasa” teriak windu dari kejauhan. “Bulan Madu
sudah ditentukan sesuai pilihanku ya! kita pergi ke laut. Kamu telat 52 detik.
Kamu kalah” lanjutnya.
Dalam hati aku
menyesal, kenapa harus mengadakan taruhan untuk destinasi bulan madu disaat
pertengakaran kala itu. Padahal aku bisa merajuk saja meminta ke daerah
pengunungan untuk bulan madu.
“Hai manusia aneh
bernama Windu, kamu tidak keberatan kalau pengantinmu tidak bermake-up,
aut-autan dan tidak beralas kaki?” Bisikku kepada Windu.
“Hai Manusia aneh
bernama Dasa, kamu tidak telat datang ke hidupku saja itu sudah lebih dari
cukup” Jawabnya.
“Gombal” sautku
“Hah, kurasa aku
mempunyai firasat kalau nanti anak pertama kita akan dilahirkan dirumah sakit
dengan perantara tukang ojek” bisiknya sambil tersenyum. Senyum licik yang
mebuat aku jatuh padanya.
Gw buat ini
karena inget Lina dan Aldoy. Pasangan bocah dan Anak mesin yang berhati Hello
Kitty. Kalian pasangan yang bisa haha hihi ngakak sengakak ngakaknya dan masih
tetap mencinta #eaaaa. Kalau gw mah pasti udah jadi friendzone, mati rasa
hahaha.
Gw suka banget
Dasa dan Windu. Nanti di volume II gw akan mencoba menulis mereka lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar