Kamis, 14 November 2013

Win a Family Trip to Korea!

Check this link for win a family trip to Korea

Win a Family Trip to Korea!

Jumat, 25 Oktober 2013

Ompoy

Saya tidak pernah punya yang namanya boneka. Karena saya tidak tahu fungsinya apa selain menjadi pengganjal kepala untuk tidur. Toh, fungsi itu juga sudah di ambil alih oleh bantal. Sampai suatu ketika, ada kiriman sebuah boneka minion mata satu ke kantor saya di Bulan Juli. Setelah berdiskusi cukup lama dengan sang pemberi, saya memutuskan memberi nama dia Ompoy bin Opoy. Maka, jadilah Ompoy boneka pertama yang saya miliki.

Kalau sedang sedih dan gemes, saya suka nguwel-nguwel Ompoy di kosan. Tugas utamanya tentu saja tetap sebagai guling dan penggganjal wajah saat tidur. Di awal proses tidur, dia selalu ada disamping saya. Namun saat saya bangun, dia ada entah dimana. Oleh karena itu, tentu saja yang pertama kali saya lakukan setelah bangun tidur adalah mencari Ompoy ada dimana, entah di kolong tempat tidur, pojok kosan, dan dimanapun. Entah apa yang saya lakukan padanya saat tidur. Poor you, Ompoy.

Saat ini akhirnya saya bisa merasakan bagaimana rasanya punya boneka yang harus dirawat hehehe. Dan sekarang saya sedang berpikir keras untuk mengantarkan ompoy ke laundry atau memandikan saja sendiri :)

Kamis, 24 Oktober 2013

Setengah Dien

Sekitar bulan Mei, saya sibuk kesana kemari untuk mencari rumah yang akan saya huni. Pergi dari satu perumahan ke perumahan lain, dari ujung satu ke ujung lain, dari daerah satu kedaerah lain. Mencari kelemahan dan keuntungan antara yang satu dengan yang lain. Memang perlu usaha ekstra karena saya tidak boleh salah memilih. Berbulan-bulan hal tersebut saya lakukan, sendiri. lelah, sudah pasti. Sampai pada suatu titik saya harus memilih dan itu rasanya sulit sekali. Waktu yang mengekang diri ini selama 10 tahun taruhannya. Sungguh sulit dan lelah sekali.

Sedari dulu, saya tidak pernah bisa membayangkan bagaimana rasanya jika setengah dien ini sudah penuh.

Namun Pada suatu titik itu, ketika saya harus memilih dan berdiri didepan sebuah rumah kecil...

Akhirnya saya bisa membayangkan jika setengah dien ini sudah penuh akan seperti apa. Sulit dan lelah akan sedikit berkurang, karena semua diputuskan berdua.

Selasa, 22 Oktober 2013

Ganteng

Saya bekerja diantara 80 Bapak-bapak yang hampir semuanya brengsek. Dari yang genit biasa, selingkuh sana sini, punya istri lebih dari 1, dan apapun lah yang bisa dikategorikan tidak baik. Bahkan yang punya istri lebih dari 1 sudah tidak bisa dihitung dengan jari saya. Padahal ya, 99% dari mereka mukanya pas-pasan yang merujuk ke tidak ganteng.

Ironisnya,

Ada 1 orang yang paling ganteng di kantor (mungkin satu-satunya yang ganteng), seorang bapak muda, justru merupakan orang yang paling tidak macam-macam. Bahkan sudah tidak diragukan lagi identitas Family Man- nya dia. Telat 5 menit pulang saja membuat dia merasa bersalah kepada anaknya. Bahkan ia pernah menolak kerja di Qatar dengan gaji 40 Juta/bulan, karena alasan istrinya tidak mau. “Buat apa saya kerja jauh-jauh, gaji gede, kalau istri saya tidak senang, padahal kan gajinya juga buat dia dan anak-anak” itu perkataanya pada saya waktu itu.

Padahal jika dia mau, puluhan wanita juga bisa takluk dengan orang yang ganteng dan pintar seperti dia. Namun hebatnya, dia tidak memilih pilihan itu.

Entah mengapa sedari dulu, saya tidak percaya dengan orang yang ganteng. Kalau saya lagi kesengsem sama orang yang ganteng, biasanya malah sibuk denial dan mikirnya. Sibuk memikirkan tingkat pemanfaatan kegantengannya untuk hal yang saya anggap tidak baik. Intinya gak percaya aja. Makanya, dari dulu saya sukanya kesengsem sama orang yang manis, bukan yang ganteng.

Namun, bapak muda ini mengejawantahkan kepercayaan saya tersebut. Beruntung sekali ya istrinya.

Tuh kan ci, you still a kindergarden student who judge the book by it’s cover.

1 Tulisan 1 Hari

Terinspirasi dari beberapa penulis blog yang sepertinya asik melakukan berbagai tantangan demi konsistensi menulis, maka saya pun akan mencoba melakukannya. Selama satu bulan kedepan, per tanggal 23/10/2013, saya berambisi untuk menulis 1 tulisan perhari di Blog ini. Apapun yang bisa ditulis. Apapun yang ingin diceritakan. Tujuannya hanya dua, belajar untuk konsisten dan belajar untuk pergi kekantor lebih awal.

Rasanya ingin menggenapkan saja dan memulainya pada Bulan November, sehingga bisa membuat Tulisan dengan label #Tantangan November #Novemberbisa atau apapunlah. Namun rasanya diri ini tidak sabar menunggu dan tidak yakin jika semangat yang membara ini masih ada pada awal Bulan November nanti. Maka dari itu, saya putuskan untuk memulainya besok.

Semoga berhasil Suci Ayunda.


Senin, 21 Oktober 2013

Imajinasi

Kalau ada Novel kesukaan saya di buat filmnya, saya suka misuh-misuh sendiri. Karena biasanya, hasilnya tidak seperti bayangan yang saya imajinasikan ketika membaca novelnya. Saya tidak akan pernah menyalahkan sang pembuat film karena tidak mungkin mereka membuat visualisasi dari bayangan yang ada di setiap kepala manusia, yang tentunya berbeda-beda. Namun, Hak mereka untuk membuat, dan hak saya juga untuk kecewa.

Maka dari itu, kejutan bagi saya jika ada film berdasarkan novel yang saya bisa puas dengan hasilnya. Tidak sempurna, tetapi mendekati. Dan kejutan itu datang dari film Omnibus Rectoverso, di bagian cerita “Hanya isyarat”. Sumpah mati, saya suka sekali dengan cerita “Hanya isyarat” yang ada di Novel Rectoverso karya Dewi Lestari. Dan saya tidak kecewa saat menonton filmnya, terlepas dari cerita yang sepertinya memang harus di tambah sana sini. Mungkin andil besar sang pemeran Al, Amanda Soekasah yang menjadi penyebab mengapa saya tidak kecewa. Dia tidak merusak apa yang ada dibayangan saya. Karakternya cocok.

Terlepas dari keobjektifitasan terhadap bagus tidaknya suatu film, dimana karya novel yang sungguh kamu suka dijadikan bentuk secara visual, maka emosi pun terlibat. Emosi tidak bisa tidak turut andil dalam penilaian hal itu. Entah itu saya saja atau orang lain juga. Karena ini menyangkut imajinasi, menyangkut bentuk kecil dari sesuatu yang disebut “Bahagia”, dunia milik kamu sendiri.

Saya sungguh-sungguh tidak bisa membayangkan jika Parang jati, Tokoh dalam BilanganFu karya Ayu Utami dijadikan bentuk nyata. Parang jati, imajinasi saya yang sempurna. Pun dengan Supernova karya Dewi Lestari. Untungnya, Parang Jati memiliki 12 jari. Sulit rasanya dijadikan film. Ah, saya pikir juga dulu begitu ketika membaca supernova, tapi toh tetap ada gosip akan dijadikan film juga. Yah mau bagaimana lagi. Ah tapi untungnya (sekali lagi) Parang Jati memiliki 12 Jari.

Perubahan

Kalau lagi mengendarai motor, saya suka kepikiran sesuatu.
Kemarin, di sore yang biasa, tiba-tiba terbersit pertanyaan. 
"Sudah berapa jauh saya berubah dibandingkan pertama kali menginjakan kaki di sini, di Cilegon"

Saya membayangkan banyak hal, tetapi yang jelas muncul dibayangan adalah rak buku dikosan dan dirumah. Sudah ada isinya. Berubah dalam kuantitas yang besar. 

Dulu, saat kuliah, saya jarang membaca buku. Waktu luang saya dihabiskan untuk bercanda dan sekedar leyeh-leyeh di Jurusan. Sekarang, saya tidak selalu punya teman yang available disaat mempunyai waktu luang, khususnya saat di Bis Kp Rambutan Merak, dan di Kosan. Maka dari itu, buku menjadi suatu alternatif. Dianggarkan pula setiap bulannya. jangan heran buku saya bertambah setiap bulannya.

Ada perubahan lainnya yang diakibatkan perubahan itu, yaitu saya jadi suka menulis. Entah menulis di blog, menulis cerpen atau sekedar catatan harian. Menulis yang ringan-ringan saja. Dan entah sejak kapan, menulis pun jada sarana untuk relieve sesuatu.

Mungkin perubahan ini yang tidak disangka-sangka teman kuliah saat membaca kumpulan cerpen buatan saya.  

Senin, 07 Oktober 2013

Untuk Ambar

Ambar selalu berdoa kepada Tuhan agar permintaannya dikabulkan. Siang dan malam ia lantunkan tanpa mengenal asa. Doanyapun semakin khusyuk ketika dilantunkan di Tanggal 1 di Bulan Juni. Hari itu adalah hari dimana doa terasa lebih spesial, karena Ambar akan meniupkan 9 buah lilin setelah ia berdoa. Dan hari itu, jatuh pada esok hari. 

Ambar berjanji kepada Tuhan untuk tidak memberitahu kepada siapapun apa yang ia minta, bahkan kepada kakeknya, satu-satunya keluarga yang ia punya. Ini rahasianya dengan Tuhan. Ini kongsinya dengan Tuhan. Ambar takut jika ia memberitahu apa permintaannya, kakek pasti akan mengabulkannya. Ambar takut kakeknya repot karena dirinya. 

Seperti Ambar yang tidak pernah putus asa berdoa kepada Tuhan, kakek pun tidak pernah menyerah bertanya kepada Ambar, apa yang ia minta kepada Tuhan setiap harinya, hingga tangannya yang meminta selalu bergetar. Bagaimanapun juga, Kakek ingin menjadi kepanjangan tangan Tuhan untuk mengabulkan doa Ambar. Apapun akan ia berikan untuk Ambar, keluarga satu-satunya yang ia miliki. Kakek berjanji didalam hatinya. Kakek berjanji pada Tuhan. Inilah kongsi kakek dengan Tuhan. 

Pernah suatu waktu kakek Ambar bertanya kepadanya, “Ambar apa isi doamu? Bolehkah kakek tahu atau setidaknya kasih kakek satu Clue”. Ambar menjawab dengan lantang “Aku ingin kakek berhenti bertanya mengenai rahasiaku dengan Tuhan”. Inilah satu-satunya jawaban Ambar yang ia berikan dalam bentuk kalimat. Karena 1001 yang lalu kakek bertanya, dan 1001 itu pula Ambar hanya menjawab dengan senyuman.
***
Hari ini Ambar sibuk menyiapkan gaun merah kesayangannya untuk dipakai esok hari dalam perkongsiannya yang spesial dengan Tuhan. Ambar selalu berpikir, Tuhan akan senang sekali jika Ambar memakai baju terbaiknya dalam berdoa. Ambar sibuk sekali hari ini.

Tidak hanya  Ambar, kakek juga sibuk sekali hari ini. Sibuk memikirkan apa kado terbaik yang akan dia berikan untuk Ambar. Sibuk mengeluarkan usaha terbaiknya dalam menebak apa yang ada didalam doa anak berumur 9 tahun.
Dua Tahun lalu, kakek memberikan Ambar boneka beruang yang sangat besar, tetapi Ambar hanya membalas dengan ucapan terimakasih. Keesokan harinya Ambarpun kembali berkongsi dengan Tuhan. Tahun lalu, kakek juga memberikan Ambar hadiah, sebuah Kotak Musik yang ia beli di Pasar Malam. Namun, reaksi Ambar sama seperti tahun sebelumnya.
***
Kakek sudah memutuskan apa yang akan dia berikan kepada Ambar. Sebuah keputusan yang hampir mustahil ia ambil. Namun, hatinya mengatakan bahwa inilah yang diinginkan Ambar dan kakek percaya bahwa hati tidak pernah bohong. Kali ini, kakek memilih hati yang berbicara, hati yang memutuskan.
***
9 buah lilin sudah tertata dengan rapih berjejer diatas kue Ulang tahun Ambar. Gaun merah cantiknya pun sudah ia kenakan. Tanda ia siap untuk menghaturkan doa dan meniup 9 buah lilin.
Namun, keadaan kakek tidak seperti Ambar. Kakek sedang was-was dan panik, takut jika Ambar tidak menyukai dan sedih dengan hadiah yang ia berikan. Hadiah yang ia putuskan dengan segenap kepercayaan kepada hatinya.
Ambar siap berdoa. Berdoa dengan khusyuk dan dalam. Berharap tahun ini dia mendapatkan apa yang dia minta. Maka ia berdoa, dengan setulus hati kecilnya. Lalu Ambar tersenyum dan meniup 9 buah lilin yang berjejer diatas kue ulang tahunnya. 

Kakek menghampiri Ambar, lalu menggendongnya ke halaman luar. Ambar melihat sebuah sepeda berdiri dengan gagahnya didekat gerbang pintu. Seutas tali merah menghiasai sepeda Ambar. Mempercantik penampilannya yang gagah. 

Semua tamu hening, dan kakekpun tidak bisa menahan tangisnya. Bagaimanapun juga, semua tahu bahwa Ambar kehilangan kakinya akibat tertabrak sebuah sepeda. Tukang roti yang mengantuk menabrak Ambar hingga ia terjatuh. Tidak keras, namun Ambar tidak sempat untuk berdiri karena sebuah sepeda berada diatas kakinya. Lalu datanglah sebuah truk yang tidak melihat ada Ambar yang tergeletak disana dan Tukang roti tidak diberikan waktu untuk menolong Ambar yang kakinya terjepit sepeda miliknya.

Ambar lalu tersenyum dan bergumam “Terimakasih Tuhan, kau mengabulkan doaku, kini aku tak punya hutang lagi kepada Tukang Roti, yang hancur sepedanya karena aku”

Orang-Orang Aneh

Aku akan dimakan oleh 5 orang wanita aneh. Mereka menerkam dan mencabik-cabik tubuhku secara bergantian. Membawaku ketengah hutan, lalu dibawanya aku kepinggir danau. Ditenggelamkannya aku ke danau tersebut sembari terdengar sayup-sayup suara  wanita-wanita aneh itu meracau.

“woi, bangun woy, kebo banget sih lo, Das”
“Das, lo mati????”
“Das, dikelitikin lo ga bangun, di tampol lo makin ngorok, kaos kaki gw bahkan ga sanggup bangunin lo daaas”
“Daaaasssss, plis bangun daaaaasss”
“yaelah, udah kelamaan jomblo sekalinya dapet lo malah masih tidur”
“Das, lo boleh telat bangun dalam 365 hari selama 25 tahun hidup lo, tapi plis untuk hari ini aja lo ga boleh telat Das”

Semakin mereka meracau, semakin tenggelamlah aku ke danau itu hingga kedasar. Seketika aku merasa ada triliyunan air tumpah kewajah dan membuatku tersedak. Oh dan ternyata, aku hanya bermimpi.

“Das, akhirnya mata lo melek juga das”
“Ngapain lo –lo pada kesini bangunin gw tidur?”
“DASSSSS, LO NIKAH HARI INI”
“Jam berapa sekarang?”
“jam 9 kurang 20 menit das”

Namaku Dasa. 20 menit lagi aku akan menikah dan seharusnya aku sudah berada di sebuah masjid diujung kota. Namun kini, aku masih tergeletak di tempat tidurku, berhiaskan gaun pengantin yang dipakaikan paksa oleh teman-teman anehku. Keluargaku sudah menyerah membangunkan aku dan sudah pergi ke masjid diujung kota, mewanti-wanti kalau keluarga yang akan menjadikanku besan menunggu terlalu lama dan pergi begitu saja.
“Das, cepet naik mobil, lo gw dandanin di mobil aja. Jangan harap lo didandanin sama perias yang udah lo sewa mahil ituh, daaaan jangan protes” 

Tanpa mengiyakan, aku langsung bergegas menuju mobil, tidak peduli dengan penampilanku, tidak peduli seberapa berantakannya aku saat ini. Aku tidak peduli. Aku tidak boleh telat. Bodohnya aku, bodohnya aku telat di hari yang paling istimewa didalam hidupku.  Bodohnya Dasa.

“Das, gimana nih, macet banget das, 1 jam lagi baru nyampe nih kayaknya”
“gw musti jadi istri orang dalam waktu 15 menit lagi, gak mau tau caranya bagaimana”
Melihat jalanan kota yang seperti ini, tidak akan bisa aku capai masjid di ujung kota dengan cepat. Otakku berpikir keras. Tidak ingin melakukan kesalahan yang sama lagi. Setidaknya aku ingin memperbaiki kebodohan  ini.
“Rin, sini gw pinjem make-upnya, gw turun ya, lo nyusul gw aja”
“Gila lo, mau kemana lo Das?”
“Lo yang gila, gw mau nikah lah, gimana sik”

Dengan high heels setinggi 5 cm dan gaun pengantin berwarna putih ini,  aku bergegas turun dari mobil ditengah macetnya kota. Berlari menuju satu tempat. Jangan berpikir aku akan ke masjid dengan berlari, karena aku tak mungkin sanggup. Satu tempat yang aku yakin orang-orang disana bisa membawaku 15 menit ke masjid adalah Pangkalan Ojek Bang Togar. Yaps, aku akan menghadiri hari istimewaku ini dengan Ojek.

 Dengan gaun putih menjuntai, aku berlari menuju pangkalan Ojek, sambil berteriak-teriak memanggil Bang Togar.
“Bang Togar, Baaaaang, Dasa telat bang ke nikahan bang, anterin Dasa bang 15 menit ya musti nyampe Masjid”
“Yaampun Neng Dasa, kapan sih eneng  gak pernah telat? Bawaan orok ya, tenang aja neng, apa sih yang engga buat neng Dasa langganan abang Togar dari Neng masih kecil”
“Pokoknya Bang Togar, kecepatan Turbo, Cus Bang!!!!”

Di motor Bang Togar pula, di hari pertama ujian masuk SPMB, aku panik karena telat bangun pagi. Begitu pula saat sidang skripsi, Bang Yono yang mengantarku dengan kecepatan turbo. Mereka selalu menyelamatkanku disaat-saat genting dan anehnya aku selalu telat di momen-momen penting, mungkin karena grogi.  

“Bang Togar punya kaca? Dasa mau dandan bang”
“yaelah neng, mana punya abang kaca. Eh bentar neng Dasa, kalo kaca spion oke gak neng?”
“Yaampun Bang, dari dulu kaca spion ya juga kaca, buat ngaca, sini bang cabut bang, Dasa Pinjem”

Akhirnya, Kaca spion disisipkan di leher Jaket Bang Togar, sehingga aku bisa dengan mudah berdandan. Lipstik di bibir dan bedak di pipi kurasa sudah cukup, daripada tidak sama sekali.

Entah kenapa momen-momen pentingku selalu terjadi ketika aku sedang berada di atas ojek. Dari pemberitahuan diterimanya kerja, beasiswa, Masuk Universitas, dan lain-lain selalu terjadi ketika aku berada di ojek. Bahkan prosesi untuk memutuskan berkompromi seumur hidup dengan manusia aneh yang bernama windu, juga terjadi ketika aku sedang berada di atas ojek. Saat itu, aku dan manusia aneh yang bernama windu akan pergi ke pernikahan temanku di ujung kota. Seketika mobil orang aneh bernama windu tiba-tiba mogok. Jadilah kami memutuskan untuk naik ojek. Saat itu, ditengah perjalanan, manusia aneh bernama windu berteriak dari ojeknya bahwa ia memutuskan bahwa hanya Dasa yang akan dia jadikan teman berkompromi seumur hidupnya. Aku kira saat itu dia bercanda. Aku tidak mengindahkan.

Ketika sampai di Gedung tempat pernikahan temanku, aku baru sadar ternyata dompetku tertinggal di mobil manusia aneh bernama Windu. Aku merasa aman, karena manusia aneh bernama windu pasti akan meminjamkan duitnya untuk membayar ongkos ojek. Namun ternyata, ia memberikan syarat bahwa ia akan meminjamkan duit jika aku menerima tawaran komprominya. Aku tertawa, karena kupikir ia bercanda. Namun ternyata ia sungguh serius. Malangnya aku, tukang ojek yang kutumpangi bukan langgananku. Hampir saja ia mengamuk sebelum akhirnya aku keceplosan bicara pada manusia aneh bernama windu kalau aku menerima tawaran komprominya. Disaat itu aku berpikir, mobil manusia aneh bernama windu mungkin tidak benar-benar mogok.

Bukannya aku tidak senang, sebaliknya aku senang sekali hingga tak tahu lagi beda antara langit dan Bumi. Karena ia Manusia aneh bernama Windu. Karena ia yang aku cinta, Si manusia aneh bernama Windu.

Saking senangnya aku saat itu, aku mentraktir manusia aneh bernama Windu Gorengan Bang Uyo di pinggir kota sebagai tanda jadi bahwa aku menerima tawaran komprominya, lalu kita rayakan berdua dengan bersulang Teh Kotak yang kita beli bersama-sama. Ah, senang sekali rasanya aku hari itu.

***

Brug, “AWW”, tiba-tiba Bang Togar mengerem mendadak dan terdengar suara jerit wanita. Rupanya Bang Togar hampir menabrak seorang tante-tante yang rambutnya disasak tinggi. Tidak ada korban di kejadian ini. Bang Togar belum sempat menabrak tante-tante tersebut. Namun sayangnya sang Tante tidak terima dan marah besar kepada Bang Togar karena Sasak Sang tante rusak. 

“Saya gak mau tau ya Bang, jhdaskrfyabkehrbklqehrfejkhf” Suara marah Sang tante
“Sus, nyentuh Sus aja saya engga, masa saya harus bertanggung jawab gara-gara sasak Sus rusak!!” teriak Bang Togar marah.
“Tapi situ bikin saya panik, jadinya gak sengaja kejambak. Situ harus tanggung jawab” Balas sang tante.

Perseteruan Bang Togar dan Sang Tante terus berlanjut tak karuan, dan tidak terlihat ada tanda-tanda akan berdamai. Aku mulai kesal, panik, dan melemparkan high heels ku kearah tante berambut sasak. Untungnya aku tidak jago dalam hal lempar-melempar, sehingga meleset dari target. Namun sayangnya, tingkat kekesalan sebanding dengan tingkat kekuatan yang dihasilkan. Jadilah high heels ku melambung jauh entah kemana.

“Bang, gimana Dasa Bang!!!”
“Aduh iya nih Das, Abang gak bisa lepas dari si tante bawel ini, Dasa abang transfer aja ya ke ojek temen Abang”
“Dasa gak mau tau Bang, yang penting Dasa sampai masjid”

3 menit berlalu dengan percuma untuk perseteruan sasak dan menunggu ojek transferan datang. Aku makin kesal. Kesal karena tahu manusia aneh bernama Windu pasti sedang tertawa dan merasa diatas angin.

***

 Akhirnya datanglah Bang Aat, sang ojek transferan, temen SD Bang Togar yang juga berprofesi sebagai Tukang Ojek.

“Neng, mau syuting dimana?” tanya Bang Aat setengah kaget melihat aku berpakaian pengantin.
“Mau syuting FTV bang dimasjid”
“Lah Neng artis? Artis dimana? Kok abang gak pernah liat ditipi? Artis pasti kaya ya neng? Neng pernah ketemu Cok Simbara gak neng? Pasti ganteng ya neng? Neng saya pernah loh ketemu Anjasmara, ganteng banget neng. Neng rumahnya dimana? Neng gajinya berapa?” tanya Bang Aat bawel yang tidak berhenti-henti.  Aku makin kesal, dan teriak ke Bang Aat sembari menodongkan tusuk Konde ke leher aku sendiri.
“Bang, bisa diem gak bang, cepetan jalannya, kalau engga saya tusuk nih leher saya pake tusuk konde”

Seketika Bang Aat diam dan bergumam “hih, ternyata orang gila, bukan artis.”

***

100 meter lagi aku akan sampai dan waktu yang tersisa adalah 1 menit lagi. Motor supra Bang Aat berhenti tepat di depan masjid. Dari kejauhan aku sudah teriak-teriak memanggil semua orang yang bisa kupanggil untuk menyiapkan ongkos ojek untuk Bang Aat.

Seketika motor supra Bang Aat berhenti, seketika itu pula aku loncat dan berlari sekencang aku bisa berlari. Tanpa alas kaki. Dari kejauhan aku melihat tawa manusia aneh bernama Windu. Tawa menertawakanku. Kulihat keluargaku melipir kearah lain, berpura-pura tidak melihat aku sembari menahan malu.

“Aku yang menang taruhan ya manusia aneh bernama Dasa” teriak windu dari kejauhan. “Bulan Madu sudah ditentukan sesuai pilihanku ya! kita pergi ke laut. Kamu telat 52 detik. Kamu kalah” lanjutnya.

Dalam hati aku menyesal, kenapa harus mengadakan taruhan untuk destinasi bulan madu disaat pertengakaran kala itu. Padahal aku bisa merajuk saja meminta ke daerah pengunungan untuk bulan madu. 

“Hai manusia aneh bernama Windu, kamu tidak keberatan kalau pengantinmu tidak bermake-up, aut-autan dan tidak beralas kaki?” Bisikku kepada Windu.
“Hai Manusia aneh bernama Dasa, kamu tidak telat datang ke hidupku saja itu sudah lebih dari cukup” Jawabnya.
“Gombal” sautku
“Hah, kurasa aku mempunyai firasat kalau nanti anak pertama kita akan dilahirkan dirumah sakit dengan perantara tukang ojek” bisiknya sambil tersenyum. Senyum licik yang mebuat aku jatuh padanya. 


Gw buat ini karena inget Lina dan Aldoy. Pasangan bocah dan Anak mesin yang berhati Hello Kitty. Kalian pasangan yang bisa haha hihi ngakak sengakak ngakaknya dan masih tetap mencinta #eaaaa. Kalau gw mah pasti udah jadi friendzone, mati rasa hahaha.

Gw suka banget Dasa dan Windu. Nanti di volume II gw akan mencoba menulis mereka lagi.

Senin, 20 Mei 2013

Akhir-akhir Ini

Akhir-akhir ini, entah mengapa dua lagu ini lagi akrab di telinga.

Yang pertama, My foolish heart-nya Shiina Ringo feat soil & pimp sessions. Gak aneh lah jikalau lagu -lagu tante yang satu ini akrab ditelinga. Toh, dia muncul di ucapan terimakasih skripsi saya, maklum fans berat.


Yang kedua, soundtrack-nya Visit Malaysia, Terukir di Bintang by Yuna. Simple but sweet. Yang kedua ini bukan tipe lagu saya banget.

Ah, memang suasana hati mempengaruhi playlist.

Minggu, 14 April 2013

Bahagia

Sejak 1 tahun setelah saya pindah ke Cilegon, ada sesuatu yang saya rasakan sebagai perubahan. Mungkin sebagai salah satu reaksi dari proses adaptasi.

yaitu, menjadi lebih mudah untuk merasa senang dan tersenyum. Menjadi lebih bahagia karena hal-hal yang dulu dianggap kecil.

Bisa tersenyum puas hanya karena bernyanyi sambil mengendarai motor dan melihat indahnya awan cilegon yang panas, berhenti di pinggir jalan untuk sekedar melihat anak kecil bermain bola, ngecengin jambul cakrawalnya si isa, main di timezone, nyanyi di karaoke box, Pijet di alat pijet timezone, ngeklaksonin orang2 yang pacaran dibawah pohon, melihat ayam kate yang lucu bulunya, dan lain-lain.

Mungkin bahagia itu memang hanya soal persepsi


Bebas

Saya adalah anak yang diberi kebebasan sepenuhnya. Namun sejatinya, saya tidak pernah bisa lepas dari sesuatu yang disebut keluarga. 

Bebas bukan berarti lepas.


Senin, 11 Maret 2013

situ

Entah sejak kapan saya mulai menggunakan "situ" sebagai kata sapa

Selasa, 12 Februari 2013

Percakapan Dengan Seorang Teman

Beberapa hari yang lalu, saya bertemu dengan teman-kuliah-yang-kenal-di-FUSI yang dengan ajaibnya kita bertemu kembali di kota koboy ini dengan title teman satu kosan . Namun sayangnya, beberapa bulan yang lalu dia pindah dan kemarin pertemuan pertama kami kembali setelah beberapa bulan itu. Untuk mengantarkan sebuah undangan yang tertera nama dia dan seorang pria.

Seperti biasa, dia bercerita dan saya mendengarkan dengan sesekali menimpali oooh iya, begitu? kok?. Namun kali ini, dia bercerita bagaimana kisah dia akhirnya bisa bersama dengan pria yang namanya tertera di undangan. Dari dia smp bertemu dengan lelaki xxx, sma dekat dengan yyy dan qqq, kuliah dia pacaran dengan zzz, tapi dekat juga dengan www, lalu dengan yyy kembali, berdrama dengan zzz lalu lulus kuliah dan bertemu pria yang namanya tertera di undangan. Saya yang hingga 22 tahun belum punya pengalaman apa-apa cuman bisa bengong, termangu, dan merasa seperti anak tk yang polos. Saya yang tidak bisa melempar batu dari jauh saya yang tidak bisa bertindak ada udang dibaling siomay. saya yang hanya bisa menunggu bak putri. Saya yang seperti ini termangu karena kita ini bertemu di FUSI, karena saya mengira anda tidak seperti yang saya kira sekarang.

And yups,

I just a kindergarten student who still judge the books by its cover

What do you wanna be?

When I was in elementary school, I wanna be a great dancer and stewardess, like other million children in the world.

When I was in junior high school, I wanna be someone who jihad in palestine, doesn’t like million children in the world.

When I was in senior high school, I wanna be a photographer or an engineer.

When I was in college, I just wanna be a process engineer. If I get high salary, I am just lucky.

So, what you wanna be right now ci?

Hooo. I don’t know. Maybe I just wanna be an owner of cozy coffee shop so I could see million expressions of my customers. I could decorate it and choose many songs that I like.

Oouchhh, one more…

I wanna be the most beautiful woman who stands next to you, my future husband, at a place that people say it as “pelaminan”.
You stare to me with your passionate eyes, and then I chuckled shyly all day long.
Maybe at that time…
Saying I love you seem not ridiculous.
Maybe…

*ngimpiii looo ci* *ngakak* *gelii ih gelii*