Rabu, 11 Agustus 2010

Antara Ina, ibu dan Ayah

Ina, sang adik dari yang punya blog. Tanggal 10 merayakan switsepentin. Selain “kejutan” yang direncanakan oleh kami (saya dan teman2nya), saya juga membuat sebuah buku yang berisi ucapan, kesan, pesan, dan harapan dari keluarga dan teman2 ina. pesan dari ayah dan ibu sungguh sangat menarik dan membuat saya cengengesan.

Surat dari Ibu Untuk Ina Paramitha Rachmalia
  1. Jadilah anak, teman, adik kaka dan sahabat yang menyenagkan dan dapat dipercaya, diandalakan sertabertanggung jawab.
  2. Kalau tersenyum maniiiis sekali
  3. Kalau lagi marah menyeramkan
  4. Biar GEMUK asal SEKSI san MENARIK
  5. Jangan sombong bila telah sukses
  6. Jadilah gadis yang menarik, sopan, lemah lembut, dan pemurah serta penolong.
  7. Terimalah yang sudah diberikan Allah swt.
  8. PERCAYA DIRI AJA KALI
  9. Jangan makan, minum sambil jalan
  10. Jangan suka tertawa terbahak-bahak dan cekikikan ditempat umum.

Surat untuk anakku ina yang tomboy dari ayah
  1. Jadi anak yang soleh, berbakti pada orang tua (kedua), kaka dan saudara2, nusa dan bangsa & negaranya.
  2. Berolah raga yang rutin biar RAMPING dan SEKSI
  3. Belajar dengan sungguh2 & bimbel yang rajin, biar dapat perguruan tinggi negeri. Okey!
  4. AYAH TAKUT KALO INA LAGI MARAH

notes:
Ibu bikin pesannya satu jam lebih bo. udah gitu dikertas coret2 dulu baru disalin.

Antara Hormon, Isi Otak, dan Rasa

Teringat sekian bulan yang lalu ketika hormon sedang menipu otak. Hanya teringat. Sepintas teringat. Seperti biasa terlintas ketika sedang mengendarai shogun merah. sekian bulan yang lalu itu, ketika otak sedang ditipu hormon, saya begitu menyukai rasa itu. Namun, waktu berlalu, sangat cepat berlalu. sekarang ketika otak sedang berjalan normal, ternyata menghasilkan sebuah kesimpulan dan perbandingan. Kesimpulannya: just stupid. Otak ini sekarang bahkan malu dan (sekali lagi) merasa bodoh mengingat-ingat kelakuan waktu itu. Kelakuan hasil otak yang ditipu hormon. Dan ketika otak ini sudah dingin, saya tersadar. Ternyata saya hanya menyukai rasa itu. bukan objeknya.