Sabtu, 16 Juli 2011

Train

I don’t care if you dont want to know what it is.....*

Ternyata, Shuffle ipod memilih lagu sarasvati yang indah tersebut sebagai teman dalam perjalanan ini. Perjalanan singkat dari rumah ke kampus. Memang saya tidak pernah bisa lepas dari yang namanya headset dan ipod. Rungsing. Itulah satu kata sifat yang paling bisa menjelaskan perasaan saya jika salah satu dari benda tersebut tidak ada di tas ransel saya, seperti layaknya handphone.

Jes jes jes ejes

Suara kereta commuter line juga menambah riuhnya suasana siang itu. Menemani alunan dari sarasvati.

Cause the time just want stop to understand....

kereta tak sepenuh biasanya, hanya beberapa orang yang mengisi gerbong ini. Wajah dari tiap penumpang bisa terlihat jelas walau mata ini sudah setengah terbuka karena kantuk. Lalu, pintu gerbong terbuka, mengangkut dan menurunkan setiap insan dari kereta.

Jes jes jes ejes

Tak lama, Kereta mulai berjalan kembali. Menuju tujuan lurus. Lalu, terlihat seorang pria menempati tempat duduk di seberang saya yang tadinya tak berpenghuni.

i’m scared to scared to believe what i want...

tanpa sengaja mata yang setengah terbuka ini tertuju pada keberadaan pria diseberang. Seketika, mata ini terbelalak, karena mengenal sesosok yang sedang tidur pulas tersebut. seketika pula, kantuk kalah dengan keberadaan sosok tersebut.

Wajahnya tidak tampan, tetapi garis rahangnya tegas. Dia memakai jeans dan kaos belel, tetapi saya tahu itu bermerk. Tas ransel besarnya diletakkan disamping tubuhnya yang kurus. Kulitnya yang terbakar matahari pun terlihat sangat menawan.

Saya mengenal orang itu. Salah. Ralat. Saya sangat mengenal orang itu sampai ke tulang rusuknya. Teman sejak smp, sma, hingga kuliah. Berbeda jurusan tetapi satu masih fakultas. Sangat dekat saat smp dan sma, tapi saya memilih menjauh ketika kuliah. Menjauh karena saya sadar sosok tersebut menjadi harapan palsu saya, menjadi angan-angan, dan sudah tidak bisa lagi menganggap ia sebagai teman. takut dengan kebenaran.

i'm shy to shy to tell the truth...

sebenarnya hampir tiap hari mata ini mencari sosoknya dikampus. Kadang beruntung, kadang tidak. Namun jika beruntung, kaki ini lebih memilih melengos dan pura-pura tidak melihat. Enggan menyapa. Antara takut dan malas. Takut jika dengan sedikit tindakan kecil tersebut, bisa menimbulkan dampak besar. Biasa menjadi tidak biasa. Rancu. Namun yang pasti, semakin sesak. Sesak karena apa saya pun tidak tahu. Tidak berani bertanya kepada hati apalagi dia. sudah 3 tahun tidak mengobrol, hanya sekedar bertegur sapa, tentu rasanya canggung.

I wanna know your feeling to clear this mess
I do believe there's no word to explain your heart

Sosok yang cupu dan pemalu saat smp tersebut mulai berubah ketika sma. Di sma ia mulai aktif berorganisasi, menjadi ketua klub fotografi, dan setia menjadi anggota karya ilmiah remaja. Di kampus, ia lebih aktif lagi berorganisasi. Oleh karen itu, dia punya banyak teman dan tergolong supel. Dia bukan anak gaul nan trendi,bukan juga aktivis ataupun murid berprestasi. Ia hanya sesosok pria biasa yang tegas, yang tidak bisa menyembunyikan sesuatu yang menjadi pertanyaan di otaknya. Salah, ia bilang salah. Benar, ia bilang benar. Suka, ia bilang suka. Jelek, ia bilang jelek. Ia juga bukan sosok yang sok “pria”. Dia tidak malu jika dulu saya yang membonceng dia ke sekolah. Namun, ternyata yang biasa tersebut menjadi tidak biasa.

I wanna know what you feel when i'm with you ?
Yes my heart beat can stop when i'm with you

sebentar lagi kereta sampai tujuan dan dia masih tertidur dengan lelapnya. Ingin rasanya membangunkan, tapi takut. Ingin menyapa, tapi takut juga. Bagaimana ini, bagaimana ini. Pertanyaan yang berulang-ulang diotak saya. bagaimana kalau ia bangun dan menyadari keberadaan saya. bagaimana kalau ia bangun, melihat saya, tapi sudah tidak mengenal saya lagi. Saya harus pergi ke gerbong sebelah sekarang. Harus. Tapi di hati ini ingin juga dia melihat sosok saya. ingin juga menyapa. Ingin juga ini. Ingin juga itu. Seribu pertanyaan dan spekulasi berkecamuk diotak saya.

I'm shy, so shy, yes shy, so shy.....

ipod ini masih terus mengulang lagu yang sama, masih mengalun lagu sarasvati yang sama, dan tanpa sadar kereta sudah sejengkal lagi sampai tujuan....

*******

“shit, gw ketinggalan kereta, musti nunggu kereta belakang deh"

Menit demi menit berlalu, kereta tak kunjung jua datang. Kesal dan ipod pun menjadi salah satu solusi. Lalu, shuffle ipod pun memilih “oh I never know” dari sarasvati. ia tidak suka lagu ini. Kenapa harus takut dan malu untuk mengungkapkan apa yang ada di otak. bilang saja apa susahnya.

I'm scared, too scared to believe what i want
I'm shy ,too shy to tell the truth

Namun, belum sempat untuk mengganti lagu ini, kereta pun datang. Pintu gerbong kereta berhenti tepat didepan ia menginjakan kaki di peron. Seketika peron terbuka, dia melihat sosok mungil yang sedang terpasang headset ditelinganya, yang tersibak oleh rambut kemerahan yang sedikit berantakan. Terlihat sekali ia sedang menahan kantuk di matanya. ia mengenal sosok itu. Sangat mengenal hingga ke tulang rusuknya.

I wanna know what you feel when i'm with you ?

Yes my heart beat can stop when i'm with you

Panik, panik , panik. Panik karena bertemu sosok yang tak ia di duga, dan memunculkan banyak pikiran di dalam otaknya. Gw pilih bangku yang mana ya? Disampingnya? Di depannya? Berdiri didepannya? Atau gerbong lain? Namun, sebelum ia mendapatkan jawaban atas pertanyaannya tersebut, pintu kereta nyaris saja tertutup, dan ia belum masuk kedalam kereta. Akhirnya tanpa pikir panjang, ia mengikuti intuisi kakinya dan duduk diseberang sosok mungil itu.

Karena saking paniknya. Akhirnya ia memilih pura-pura tidur, dan pura-pura tidak melihat sosok mungil temannya sejak smp tersebut. walau pura-pura tertidur, tapi hatinya bergetar, karena hati tidak bisa berbohong. Karena hatinya tau bahwa sosok mungil itu istimewa baginya. Seberapapun besar usaha otaknya untuk berpikir tidak seperti itu.

Sosok mungil diseberang tempat duduknya menurut dia adalah wanita paling super dan mandiri yang pernah ia temui. Wanita yang tidak terwarnai tetapi mewarnai dimanapun ia berada, di lingkungan apapun. Wanita cerdas yang boros. Yang doyan makan, dan tidak berpikir dua kali untuk pergi kerestoran manapun selagi dia ingin.

I wanna know our feeling to clear this mess
I do believe there's no word to explain our heart
I'm scared, don't be scared to believe what we want
I'm shy, don't be shy to tell the truth

Sesekali ia mengintip dan membuka setengah matanya yang pura-pura tidur. Banyak pikiran mulai berkecamuk di otaknya. Banyak pertanyaan pula yang timbul. Selama 3 tahun ini, ia selalu bertanya-tanya mengapa sosok mungil tersebut menjauh darinya. Mengapa susah sekali bertemu dengan sosok mungil tersebut, padahal satu kampus, bahkan satu fakultas. Saking susahnya, dulu ia berpikir untuk ikut banyak kegiatan, berharap bisa bertemu dalam satu kepanitiaan, dan bisa mengobrol seperti jaman sma dahulu. Tapi hingga saat ini, sekalipun tidak pernah. Dan lama kelamaan, tujuannya berorganisasi pun berubah, bukan karena dia, tetapi karena ia mahasiswa, yang menurutnya harus berkontribusi. Dan sampai saat ini pun, ia tak berani menghampiri, melempar batu dari jauh, atau bahakan sekedar untuk mengirimkan sms menanyakan kabar.

You never show me love that i want from you
I'm scared, so scared, yes scared, so scared

Dekat dengan sosok mungil itu didalam kereta, membuat ia tersadar bahwa ia takut. Takut meyakini perasaannya. Takut tersakiti. Takut tak terbalas. Ia benci lagu yang ia dengarkan sekarang. Seperti menelan ludah sendiri rasanya. Ia pun selama 3 tahun ini tidak bisa mengungkapkan perasaannya. Hanya untuk urusan ini dia tidak bisa blak-blakan. Hanya untuk urusan ini. Dan akhirnya ia mengerti mengapa ia sangat membenci lagu yang sedang ia dengarkan saat ini.

I'm shy, so shy, yes shy, so shy
You never let me know what i wanna be
You never show me love that i want from you
I'm scared, so scared, yes scared, so scared

Kereta sebentar lagi sampai tujuan. Panik, panik, panik. banyak pilihan diotaknya untuk menghilangkan rasa panik. pura-pura tidak melihat dan langsung turun, atau turun di stasiun berikutnya. Namun, disisi lain, ia ingin menyapa sosok mungil tersebut. ia ingin mengobrol atau sekedar basa-basi menanyakan kabarnya. Dan kereta pun tinggal selangkah lagi mencapai tujuan, dan ia belum menentukkan pilihannya.

*******


Kereta sudah sampai tujuan. Dua insan bergegas turun dengan masih meninggalkan kecamuk di otak mereka. Cepatnya kereta berhenti di stasiun untuk segera melaju lagi, membuat mereka tidak punya banyak pilihan, kecuali turun secepatnya di pintu terdekat. Satu pintu, pintu terdekat. Menuju peron stasiun.

Shuffle ipod pun merubah lagunya.

Aku dan kau berjuang dengan bahasa **

Melawan kebodohan yang terus berkuasa

Empat mata pun saling bertemu. Dengan segenap kekuatan, dibantu sedikit bahasa.

“eh ada dino, gak sadar deh. Hehe. Apa kabar?”

“ baik, hehe”

Aku dan kau berjuang dengan bahasa, Buat tinta mmbuka semua rahasia.
Dan kata-kata yang hilang terus mengejar.

Note:

1. * diambil dari lirik "oh i never know" Sarasvati

2. ** diambil dari lirik luky Annash "Bahasa"

3. Banyak kata-kata dan paragraf yang gw geli sendiri pas ngetik. karena ini bukan "saya" sekali. tetapi saya sangat menikmati menulis cerpen ece-ece ini. hahaha. emang lagi galau, pengen nulis, jadi keluarnya kayak gini deh.

4. Selama bikin ditemani oleh album nya Luky Annash. Alunan piano yang sederhana tapi mewah.

5. ini cerpen pertama saya loh, belum nemu judul yang pas.

4 komentar:

  1. eh ci ini pas baca awal2nya gw pikir beneran. trus gw memutar otak nyari tau, dulu ketua klub fotografi pas sma siapa. hahahaha seinget gw cuma dewe. hehehehe

    BalasHapus
  2. kok ini berasa kisah cinta antara lo dan dewe ya ci. hahahaha. bagus bagus.

    BalasHapus
  3. ngek kenapa gw dan dewe dah? dan kenapa lo bedua bia kepikiran dia. hahahaha. teroreroret. ada juga gw kan dulu ketua fotografi juga. ngek. eh pas gw baca ini, gw jadi malu.

    BalasHapus
  4. wahahaa suka gue kaak, imajinasi cewek banget ini, ngarep si cowok juga ngerasain hal yg sama xD
    salut kak sama lo yang berani nulis meski menurut lo ecek ecek tapi kata gue ini keren!! :)

    BalasHapus