Minggu, 25 April 2010

Iklan Bisa Asik

Apa saja acara televisi (TV) yang anda tonton hari ini? Jika pertanyaan tersebut dilontarkan kepada Anda mungkin Anda akan dapat menjawabnya dengan cepat. Namun, jika seseorang bertanya kepada Anda, "Iklan apa sajakah yang sudah Anda lihat hari ini?” mungkin hal itu akan membuat Anda mengernyitkan dahi. Jangankan ingat, untuk melihatnya pun mungkin anda segan. Cobalah diingat kembali, kapan Anda mengganti saluran TV? Mungkin jawabannya adalah saat iklan.

Mungkin selama ini Anda berpendapat bahwa iklan bukanlah sesuatu yang menarik sehingga tidak mengapa jika dilewatkan begitu saja. Sebagian masyarakat yang lain bahkan berpikir iklan merupakan hal yang menggangu. Padahal tahukah Anda bahwa untuk membuat sebuah iklan diperlukan biaya yang sangat besar. Sebagai contoh, tarif iklan di televisi nasional per 30
detik sekitar 20-25 juta dan tarif billboard sekitar 500 juta pertahun. Kondisi ini meningkatkan urgensi bagi perusahaan untuk membuat iklan yang kreatif dan berbeda, demi mencapai tujuan komersialnya.

Era globalisasi mempermudah masyarakat dalam memperoleh informasi dari berbagai media. Keadaan ini dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh para produsen iklan dalam memasarkan produk mereka. Ketika media televisi, radio, dan majalah telah dianggap konvensional untuk beriklan, maka bendabenda di sekitar pun bisa menjadi alternatif.

Banyak media lain selain televisi, radio dan majalah yang bisa digunakan untuk membuat iklan yang menarik. Salah satunya adalah dalam iklan “Panasonic Nose Trimmer” yang diproduksi oleh Saatchi & Saatchi Indonesia. Produsen iklan tersebut memanfaatkan media kabel listrik yang ada dijalan raya dipadukan dengan billboard. Jika hanya billboard saja, mungkin masyarakat hanya menganggap iklan tersebut sebagai papan biasa tetapi ketika dipadukan dengan kabel, tentu ini akan menjadi perpaduan yang berbeda. Namun hal itu tidak mengurangi pesan yang ingin disampaikan oleh “Panasonic Nose Trimmer” bahwa keselamatan menjadi hal yang utama dengan filosofi kabel listrik yang sensitif.


Media lain yang bisa digunakan yaitu kendaraan umum. Iklan dengan media ini sudah cukup banyak digunakan di Indonesia khususnya di bis Patas atau bis Antarkota. Iklan dengan media kendaraan umum ini relatif murah dibandingkan dengan billboard dan bisa dilihat oleh masyarakat disepanjang rute kendaraan umum tersebut. Masalahnya adalah seberapa kreatifnya grafiti yang digambar di kendaraan umum tersebut untuk bisa mencuri perhatian masyarakat.

Selain bis, bajaj juga bisa digunakan sebagai media iklan, contohnya adalah iklan kamera digital “Lumix Anti Shake” produksi Saatchi & Saatchi Indonesia. Iklan ini menggunakan filosofi bahwa kamera tersebut tidak akan shake walaupun di bajaj sekalipun. Saatchi & Saatchi Indonesia memilih bajaj dibandingkan taxi dan bus karena filosofi bajaj yang identik dengan istilah “getaran” yang sudah menjadi lelucon umum di masyarakat Indonesia. Filosofi
“getaran” tersebut dianggap mewakili apa yang ingin disampaikan oleh “Lumix anti shake”, kamera digital anti “getaran”.


Selain digunakan di bagian luar kendaraan umum, ada juga produsen yang memasang media iklanya didalam kendaraan umum. Biasanya media iklannya adalah poster atau billboard. Namun ada contoh lain yang menggunakan media yang tidak biasa, yaitu rambut yang digunakan sebagai handle dalam kereta listrik seperti pada iklan Johny Andrean produksi Fortune Indonesia Advertising Agency.

Iklan tersebut merupakan hal yang baru bagi masyarakat Indonesia sehingga menjadikannya perbincangan publik. Hal tersebut melahirkan secondary advertising yaitu iklan dari mulut ke mulut oleh masyarakat. Keterpukauan masyarakat itu ditunjang langsung dengan hasil dari produk yang bisa dirasakan langsung oleh masyarakat sebagai handle kereta listrik.



Selain kendaraan umum, pohon pun bisa menjadi media iklan yang menarik. Bukan sebagai penyangga poster atau spanduk pada umumnya tetapi sebagai objek utama dalam iklan tersebut
seperti pada iklan pelembut kulit “Lux” produksi JWT, Jakarta, Indonesia berikut:

Tujuan dari iklan Lux tersebut adalah ingin menyampaikan kepada wanita Indonesia yang terobsesi dengan style fashion bahwa kulit yang lembut merupakan hal yang mendasar dan terpenting dalam fashion itu sendiri. Di iklan tersebut, pohon disimbolisasikan sebagai kaki yang kering. Sepatu yang sedang trend dipasangakan ke pohon tersebut dengan tujuan ingin menyampaikan bahwa “Even stylish shoes can't make dry legs look good”

Dari beberapa contoh iklan diatas, produsen iklan sebaiknya bisa lebih kreatif dalam memanfaatkan media yang ada untuk meningkatakan minat masyarakat terhadap iklan. Produsen iklan perlu memikirkan bagaimana caranya masyarakat bisa aware terhadap iklan tersebut. Hal lain yang terpenting adalah bagaimana menghasilkan iklan yang bisa memicu kreativitas masyarakat dan tentunya menghibur masyarakat. Selain itu, dengan semakin meningkatnya persaingan kreativitas antara produsen iklan, diharapkan industri iklan tidak akan mati dan terdorong untuk lebih kreatif sehingga kedepannya industri periklanan bukan hanya mengandalkan biaya yang besar saja untuk menghasilkan iklan yang bagus tetapi karena
adanya persaingan kreativitas.

Referensi:
http://adsoftheworld.com

*note:
1. tulisan lama dan benar2 subjektif.
2. editor Bang AB.
3. yang bantuin Qnoy dan desi.


1 komentar:

  1. eid di post juga nih tulisan. Gmn tanggepan wktu loe bikin nin paper ci?

    BalasHapus