Senin, 12 Desember 2011

Random me

Mau santai pun, pasti tidak bisa. Ketika semua orang sudah mempertanyakan, berpikir untuk tetap berpura-pura tidak tahu pun rasanya sulit. Hal yang berulang-ulang dipertanyakan, lama-kelamaan akan merasuk kedalam syaraf otak, dipikirkan, dipikirkan, dipikirkan, dan berimbas kegalauan. Galau karena tidak punya solusi. Tidak tahu akan berujung seperti apa. Dan ujungnya adalah berimajinasi indah semaunya. Membatasi realita yang ada.

Ideal itu seperti apa? Rancangan indah diotak dan 1000 spekulasi indah lainnya. Yah mungkin seperti itulah. Apakah hidup harus sepenuhnya ideal? Lalu muncul pertanyaan lagi. Ideal itu seperti apa? Bahagiakah kita jika ideal?

Ideal tiap orang tentunya berbeda. Persepsi yang menentukkan. Ideal bagi seseorang, belum tentu ideal bagi orang lainnya. Itu pasti. Harga mati.

Lantas, pasti ada tumbukan-tumbukan, belokan belokan, hambatan-hambatan dalam ke idealan. Apakah hambatan tersebut signifikan dalam mempengaruhi keidealan? Atau unsignifikan??

Kenapa bisa signifikan dan kenapa bisa tidak signifikan? Seberapa besar ganjalannya? Saya tidak tahu. Mungkin, karena masih bermain intuisi dan masih berkhayal indah. Signifikan belum tentu signifikan. Unsignifikan bisa jadi signifikan. Semua serba relatif. Apalah itu, hanya berdoa, berpikir dan segelas kopi obaatnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar