Jumat, 05 November 2010

Menonton Sinetron di Pengadilan

-->
Sekitar setahun yang lalu, saya bersama dengan seorang teman sebut saja melati pergi berkunjung ke pengadilan Jakarta selatan. Tujuannya untuk menemani melati mengerjakan tugas kuliahnya. Memang melati merupakan salah satu mahasiswi hukum disalah satu univerisitas di ujung depok.
Disana, kami hinggap dari ruang pengadilan satu ke ruang pengadilan lainnya. Berharap si melati mendapatkan kasus sesuai yang dia harapkan. Kami menganalisis (baca: menonton) tiap-tiap kasus, dari mulai pencurian, kasus perdata, kasus narkoba, kasus pembunuhan di apartemen, dan lain-lain.
Kami mendatangi ruang sidang secara random, yang penting ada bangku kosong buat duduk. Nah, secara kebetulan disuatu ruang sidang kami mendapat tempat duduk yang cukup PW. Tidak banyak orang yang menonton sidang tersebut. terlihat di tempat duduk tersangka, seorang pria memakai baju koko warna putih ditemani istrinya.. Pria tersebut berparas tampan dan terlihat seperti orang biasa saja. Tapi ternyata oh ternyata, sang pria berkoko putih tersebut adalah seorang pembunuh.
Di ruangan tersebut, sang pria menceritakan kronologis pembunuhan yang ia lakukan. Dengan terisak-isak dia menceritakan detail kejadiannya. Disudut sebelah kiri, ada orang tua dari korban. Sudah sangat tua umurnya.
Disana, ia menguraikan bagaimana Ia membunuh seorang wanita rekan kerjanya yang meminjami dia modal untuk membuka warnet. Pada suatu hari, ia datang ke rumah rekan kerjanya untuk bersilaturhami sehabis lebaran. Dirumah korban, terjadi perbincangan seperti biasanya. Disela perbincangan tersebut, ia teringat istri pertamanya yang menelpon dia untuk meminta duit di hari sebelumnya. Agak memaksa sepertinya. lantas dia meminjam uang lagi ke rekan kerjanya tersebut. mungkin karena merasa sudah sering diminta meminjami duit, sang korban mngeluarkan kata-kata kasar yang menyinggung sang pria. Seketika sang pria terbawa emosinya dan memukul wajah korban. Sang korban berlari ke dapur untuk mengambil pisau, karena keadaan terdesak, sang pria akhirnya memukul dan menusuk berkali2 sang korban. lalu korban dibawa ke halaman belakang. Saat itu, korban masih hidup, tetapi karena panik akhirnya sang pria menghabisi nyawa wanita rekan kerjanya tersebut. setelah ditutupi dengan handuk, sang pria kabur dari rumah tersebut dan sempat mampir ke masjid untuk solat.
Disela-sela sang pria menceritakan kronologis kejadian, sang ibu korban menangis tersedu-sedu dan terihat lemas. Sang bapak berkali-kali keluar ruangan ketika matanya tak sanggup lagi untuk menahan air matanya. Sang bapak tak mau terlihat lemah didepan istrinya. Ketika kembali ke ruangan, mata sang bapak terlihat sembab.
Setelah menceritakan kronologis, hakim mempersilahkan sang pria untuk meminta maaf kepada orang tua korban. Sang pria mencoba untuk mencium tangan ibu korban, tetapi langsung ditepis oleh sang ibu. Dengan dipeluk suaminya, ibu korban menangis kejar seraya berkata “BAJINGAN KAMU, HEWAN, BUKAN MANUSIA KAMU”. Sang pria pun semakin menjadi-jadi tangisnya.
Lalu, bagaimana dengan kami?
Yak, ternyata air mata pun jatuh menetes di pipi lembut kami, seraya berkata “Ini sinetron?”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar